top of page

Academic Smartness to Street Smartness


Kecerdasan atau yang biasa dikenal dengan IQ (intelligence quotient) adalah istilah umum yang digunakan untuk menjelaskan karakteristik pikiran yang mencakup sejumlah kemampuan, seperti kemampuan menalar, merencanakan, memecahkan masalah, berpikir abstrak, memahami gagasan, menggunakan bahasa, dan belajar. Kecerdasan erat kaitannya dengan kemampuan kognitif yang dimiliki oleh individu. Kecerdasan dapat diukur dengan menggunakan alat psikometri yang biasa disebut sebagai tes IQ. Dalam beberapa kasus, kecerdasan bisa termasuk kreativitas, kepribadian, watak, pengetahuan, atau kebijaksanaan.


Selama ini banyak orang menganggap bahwa jika seseorang memiliki tingkat kecerdasan intelektual (IQ) yang tinggi, maka orang tersebut memiliki peluang untuk meraih kesuksesan yang lebih besar di banding orang lain. Pada kenyataannya, ada banyak kasus di mana seseorang yang memiliki tingkat kecerdasan intelektual yang tinggi tersisih dari orang lain yang tingkat kecerdasan intelektualnya lebih rendah. Ternyata IQ (Intelligence Quotient) yang tinggi tidak menjamin seseorang akan meraih kesuksesan.


Angka yang tertera di atas secarik kertas ijazah seorang sarjana, hanyalah prestasi secara teori yang disebut sebagai Kecerdasan Akademik (Academic Smart). Dalam proses mendapatkan lapangan kerja kecerdasan akademik memang sangat dibutuhkan, namun realita kehidupan menyatakan, nilai akademis tidak mampu menjadi pondasi untuk memecahkan masalah hidup. Kecerdasan tidak hanya bicara soal nilai, pintar saja tak cukup, terutama pintar dalam teori. Dibutuhkan apa yang disebut dengan Kecerdasan Praktis (Street Smart). Kecerdasan praktis dibutuhkan untuk membuat kita mampu bertahan dan bertumbuh di dalam dunia kerja.


Fakta yang diungkap oleh laporan yang diterbitkan oleh salah satu kantor berita belum lama ini: banyak sarjana kita yang “pintar” di atas kertas, namun “gagap” di dunia nyata.


Berdasarkan hasil wawancara terhadap sejumlah headhunter maupun pimpinan HRD, lulusan kerja di Indonesia ternyata masih kekurangan skills saat menerapkan teori ke dalam praktek. Ada “jurang” atau gap dalam kemampuan berpikir, kemampuan teknis, dan perilaku, sehingga mereka seringkali membutuhkan pelatihan ulang dalam pekerjaan. Akibatnya, lulusan yang berkualitas terutama talent menjadi barang langka.


Sering kali ditemukan kasus dimana staff HRD mengeluhkan bahwa para sarjana kita harus terus “disuapi”, alias terus-menerus diberi tahu apa yang harus mereka lakukan dalam pekerjaan. Meski nilai akademisnya tinggi, mereka melakukan hal-hal tidak etis seperti mengirimkan email kosong tanpa surat pengantar saat melamar pekerjaan, tidak muncul saat presentasi, mencuri waktu kerja dan mengajukan pengunduran diri lewat SMS.


Hal ini terjadi karena “Pola pendidikan” kita, dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi lebih menyuguhkan pengetahuan yang sifatnya teori. Akibatnya, lulusan yang dihasilkan hanya cerdas dalam hal teori namun kurang dalam hal praktek. Hal ini terlihat dari individu yang pandai secara akademik namun saat berhadapan dengan masalah mereka tidak mampu menghadapinya. Sementara itu, individu yang tidak terlalu berprestasi secara akademis ternyata bisa meraih sukses di pekerjaan karena mereka memiliki Kecerdasan Praktis (Street Smart) yang membuat mereka pandai beradaptasi dan bersikap intuitif.


Pernyataan senada disampaikan oleh Seta A. Wicaksana, M.Psi., staff pengajar psikologi industri dan organisasi di Fakultas Psikologi Universitas Pancasila. “Sistem pendidikan kita hanya menitikberatkan pada kemampuan kognitif dan kurang memperhatikan sikap asertif, sehingga lulusan kita hanya pintar teori namun minim praktik. Hasilnya, pendidikan kita hanya melahirkan mentalitas konseptual. Ketika memasuki dunia kerja, para sarjana ini pun jadi ‘terbata-bata” dalam membuat pilihan yang tepat.


Apakah Anda melihat perlu untuk dikembangkan Kecerdasan Praktis (Street Smart) dalam tim Anda? Seberapa jauh gap yang Anda lihat antara Academic Smart dengan Street Smart? Apa yang bisa kita lakukan sebagai korporasi untuk membuat gap ini semakin kecil agar etos kerja meningkat?


ExecuTrain sebagai lembaga pelatihan menyiapkan modul-modul yang membantu tim Anda untuk memiliki kemampuan praktis dalam dunia bisnis. Motto kami “Performance is the bottom line” adalah denyut jantung kami untuk melayani setiap client kami. Salam produktif!


Recent Posts